Membangun Visi Untuk Hari Tua

 

Membangun visi untuk hari tua


Assalamu’alaykum, Tetangganet! Bagaimana kabarnya hari ini? Pada postingan kali ini saya ingin bertukar pikiran dengan Tetangganet tentang hari tua. Semoga Tetangganet dapat mengambil hikmah dari apa yang saya tulis kali ini.

Jujur, salah satu ketakutan terbesar saya adalah menghadapi hari tua. Saya melihat orang-orang tua di sekitar saya kebanyakan adalah orang-orang yang lemah dan sakit-sakitan. Mayoritas dari mereka terbatas mobilitasnya dan sudah tidak aktif bekerja. Bahkan ada juga yang sudah tidak bisa lagi bangun dari tempat tidur sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan dan buang air saja sangat bergantung dengan orang-orang di sekitarnya, misalnya istri dan anak-anaknya.

Ketakutan ini meningkat ketika saya membayangkan diri saya berada dalam kondisi tersebut. Lemahnya fisik ditambah lagi dengan profesi saya sekarang sebagai karyawan swasta tanpa pensiunan, plus belum adanya anak di dalam keluarga kami, membuat visi saya mengenai hari tua sebagai sesuatu yang mengerikan.

Puncaknya adalah akhir minggu lalu, ketika saya akan berangkat berkunjung ke rumah mertua. Entah mengapa hari itu terasa sedih sekali. Mungkin karena sedang futur kali ya? Hehehe..

Tetapi alhamdulillah kali ini, saya dan suami sedang dalam perjalanan. Tetangganet tahu kan, salah satu waktu menasehati yang baik adalah ketika dalam perjalanan. Waktu perjalanan itu adalah waktu kami bisa banyak berdiskusi. Jadi dalam waktu sekitar 2 hari safar itu, suami sangat banyak memberikan wejangan untuk saya.

Hikmah Perjalanan


Selama kunjungan itu banyak hal yang kami amati dari orang-orang di sekitar kami. Dari kisah hidup orang-orang tersebut, kami banyak mengambil hikmah. Beberapa hikmah berikut ini yang ingin saya bagikan kepada Tetangganet:

1. Ada lebih banyak orang yang kondisinya lebih buruk daripada kita. Maka kita harus banyak-banyak bersyukur.

Ada seorang kenalan kami, menjelang hari pensiunnya mendapatkan cobaan perselingkuhan suaminya. Kini beliau tinggal hanya dengan seorang putranya setelah sang suami pergi meninggalkannya. Banyak juga orang-orang yang masih belum ditakdirkan untuk bertemu dengan jodohnya.

Jika demikian, bukankah memiliki pasangan yang baik adalah suatu nikmat yang besar?

2. Harta tidak bisa menjamin kebahagiaan seseorang.

Uang pensiun tak akan menjamin kesehatan seseorang. Tidak pula bisa menjamin terpenuhinya semua kebutuhan di hari tua. Bukankah banyak juga penerima pensiunan yang masih bergantung kepada orang lain?

Kebahagiaan itu hadir di hati yang bersyukur. Hidup itu indah bagi orang yang bersabar.

Membangun Visi Hari Tua

Karena sumber ketakutan saya adalah visi-visi yang buruk mengenai hari tua, lalu bagaimana mengambil visi yang baik tentang hari tua? Mengenai hal ini Pak Suami banyak memberikan nasihat.

1. Berpikir positif tentang hari tua.

Tak semua orang yang sudah tua, terbaring sakit dan lemah. Hendaknya berpikir positif tentang masa tua. Ada banyak kok, orang tua yang masih sehat dan aktif di masyarakat di hari tuanya. Bahkan banyak juga yang masih mengurus urusan besar, misalnya memimpin negara.

2. Yakin bahwa seorang mukmin tak akan ditinggalkan Rabbnya.

Allah telah menjamin semua kebutuhan (bukan keinginan) dari semua makhluknya. Harus yakin, seperti yakinnya seekor burung yang keluar dari sarangnya di pagi hari untuk mencari makanan, dan pulang di sore hari.

3. Berdoa agar diberikan kesehatan dan kekuatan di hari tua. 

Doa adalah kekuatan seorang muslim. Siapa yang bisa memberikan kekuatan selain Allah? Hanya Allah-lah tempat kita bergantung.

4. Fokus pada masa kini. 

Setelah kita bangun visi dan keyakinan yang baik, untuk menjaga diri dari berangan-angan yang tidak baik, fokuskan diri pada apa yang ada di masa kini. Lakukan apa yang hari ini bisa dilakukan. Masa depan berada di luar jangkauan kita, maka serahkan pada Allah saja.


Begitulah diskusi kami mengenai hari tua waktu itu. Alhamdulillah sekarang sudah lega, sudah memiliki visi hari tua yang optimis. Semoga Allah kabulkan ya. Aamiin. Bagaimana visi Tetangganet tentang hari tua? Silakan tulis di kolom komentar ya. Wassalamu’alaykum.


*Foto oleh Danie Franco di Unsplash

12 Komentar

  1. Hikmah yang aku petik dari sini lebih ke tentang selalu bersyukur di masa kapan pun. Tidak ada yang perlu ditakuti selama kita mensyukuri qpa yang telah Rahb berikan kepada hamba-Nya. 🤍🤍

    BalasHapus
  2. Post yang nusuk sanubari terdalam, hehe, jadi muhasabah diri bacanya. Sepakat banget sama nasihat suami yang dituangkan Ka Nia disini. Habis menentukan misi, tinggal rencanakan tindakan nyatanya lewat misi. Semoga Allah mudahkan jalan kita yaa ka.

    BalasHapus
  3. Teringat dalam kelas parenting, pentingnya suami istri membangun visi misi untuk keluarga, termasuk anak-anak untuk masa depannya.

    BalasHapus
  4. tak melulu memandang keatas ya mbak, perlu juga memandang ke bawah agar berlimpah syukur selalu,note to my self

    BalasHapus
  5. Hari tua dibangun sejak masih muda. Segala sesuatunya harus sudah dipersiapkan secara matang, termasuk masalah finansial. Doa dan kesehatan menjadi modal utama di hari tua... Semoga kita semua diberi panjang umur ya,, biar bisa merasakan menjadi tua

    BalasHapus
  6. Wajar kalau ada rasa takut, saya juga gitu. Pengalaman hidup yang udah dijalanin sampai sekarang, bikin saya makin sadar, kalau kita sekarang sedang ngejalanin takdir. Jadi saya mah, pasrah aja sama ketetapan Tuhan, yang penting usaha sama doa jangan putus, biar tetep kuat dan deket sama Tuhan.

    BalasHapus
  7. Senang ya mbak kalau punya suami yang senantiasa selalu mengingatkan di jalan kebaikan. Semangat ya mbak Nia, semua sudah ada jalannya masing-masing. Jangan khawatirkan yang sudah digariskan olehNYA.

    BalasHapus
  8. Kadang kita tuh selalu ketakutan akan masa depan dan menjadikan orang lain patokan. Padahal tuh kondisi kita dan orang lain bisa jadi berbeda. Salah satu visinya ya hari tua tuh tetap produktif dan sehat gitu mba. Nggak melulu produktif untuk menghasilkan uang tapi setidaknya bisa bermanfaat bagi orang lain.

    BalasHapus
  9. Betul banget ini....
    Pas banget buat kita semua berpikir ulang tentang hari tua.
    Mudah-mudahan kita bisa menjalaninya dalam kondisi sehat dan bahagia

    BalasHapus
  10. Yang bikin adem tuh poin no 2. Seorang mukmin tidak akan ditinggalkan Robbnya. Maka sudah sepatutnya kita selalu mendekati Nya ya mb.

    BalasHapus
  11. MasyaAllah, aku juga pengen masa tua yang sehat dan tetap produktif

    BalasHapus
  12. Bersyukur kunci ketenangan hidup yah mba, semoga dihari tua kita lebih produktif

    BalasHapus

Silakan tinggalkan komentar, tapi bukan link hidup ya