4 Miskonsepsi tentang Berkebun

 

Kesalahpahaman tentang Berkebun


Assalamu’alaykum, Tetangganet! Sudahkah Tetangganet mencoba berkebun hari ini? Alhamdulillah, setelah membaca komentar dari postingan sebelumnya, banyak juga ya Tetangganet yang berminat dengan berkebun. Bahkan ada juga yang sudah membuat kebun mini di rumah. Kalau Tetangganet sudah memulai, terus semangat ya! Kalau Tetangganet masih ragu-ragu, mungkin perlu nih, saya cerita lagi tentang berkebun. Hehehe…

Kali ini saya ingin meluruskan beberapa miskonsepsi tentang berkebun. Saya pilih beberapa saja ya, terutama yang dulu membuat saya ragu-ragu untuk memulai. Mungkin Tetangganet pernah juga terpikir hal berikut, boleh tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

1. Berkebun tidak harus mulai dengan modal besar

Ketika pertama kali kita membayangkan tentang kebun, pasti yang muncul di kepala kita adalah lahan yang luas, tanaman-tanaman yang indah, serta buah dan sayuran yang berlimpah. Tentu saja kebun seperti ini membutuhkan modal yang besar. Tanah yang luas dan subur, berbagai bibit dan benih tanaman yang harus dibeli dari nursery, membeli pupuk organik, membangun sistem irigasi, dan masih banyak lagi yang pasti masuk ke to-do list kita untuk membuat kebun seperti ini. Wah, perlu tabungan banyak nih!

Tidak harus begitu juga lho. Bisa kok memulai berkebun sedikit demi sedikit. Memang, tidak bisa juga tiba-tiba menjadi kebun yang rindang jika kita mulai sedikit demi sedikit. Tetapi sedikit itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali. Betul betul betul?

Kalau Tetangganet punya sekelumit lahan, banyak lho, metode berkebun yang bisa diaplikasikan. Misalnya Urban Gardening a la Kevin Espritu atau Square Foot Gardening. Bahkan, jika Tetangganet hanya punya satu pot tanah pun, Tetangganet bisa mulai dengan satu tanaman. Yakin deh, pasti setelah itu tanamannya akan bertambah. Hehehe..

Kalau Tetangganet belum ada modal untuk membeli tanah subur atau pupuk tambahan, Tetangganet bisa tetap menanam kok. Kesuburan tanah itu bisa dibangun dengan cara menanam tanaman pada tanah tersebut. Tanaman yang mati akan berubah menjadi kompos atau mulsa yang bisa menambah kesuburan tanah. Selain itu, ada banyak cara membuat pupuk dari bahan-bahan yang ada di dapur. Saya jabarkan di postingan berikutnya ya.

Bibit tanaman bisa Tetangganet dapatkan juga dengan cara barter dengan pekebun lain. Apalagi untuk tanaman-tanaman yang mudah berkembangbiak dengan cara vegetatif. Pasti banyak pekebun lain yang berkenan berbagi. Saya juga mau kok. Kalau Tetangganet ingin barter, silakan mampir ke kebun kami ya.

2. Berkebun bukan ilmu yang kuno

Mungkin ada yang beranggapan bahwa berkebun adalah ilmu yang kuno, yang dipraktikkan oleh orang-orang tua jaman dahulu. Nggak keren gitu. 

Big NO NO! Kalau Tetangganet sering membaca lifestyle blog di luar sana, semakin banyak kaum muda yang menggeluti dunia berkebun. Bahkan menjadikan berkebun sebagai mata pencaharian utama.

Ilmu-ilmu modern tentang bertani dan berkebun pun terus berkembang dan mudah diakses oleh siapapun. Zaman sekarang, ilmu berkebun dapat diakses dari kanal YouTube, dari blog, TikTok, dan masih banyak lagi.

Saya sendiri rajin mengikuti beberapa kanal YouTube seperti Epic Gardening dan Charles Dowding. Di Indonesia sendiri, tentunya ada banyak juga YouTuber yang memberikan tutorial yang sesuai dengan tanaman tropis.

3. Berkebun tidak melulu kerja berat setiap hari

Untuk berkebun, kita tidak perlu menyisihkan waktu yang banyak. Cukup beberapa menit setiap harinya untuk menyirami (hanya jika diperlukan) dan cek beberapa tanaman. Ditambah satu atau dua jam di akhir pekan untuk perawatan ekstra seperti ketika panen, membasmi hama, dan lain-lain. Serius kok, nggak repot!

Bahkan ada beberapa teknik yang bisa mempersingkat lagi waktu kerja kita, seperti menggunakan mulsa supaya kita tidak perlu menyiram setiap hari, menanam pasangan tanaman yang saling menguntungkan satu sama lain, dan beberapa teknik permakultur lainnya.

4. Berkebun tidak harus langsung berhasil

Jika Tetangganet sudah mulai berkebun, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan, jangan menyerah. Berkebun itu tidak harus selalu berhasil. Pekebun profesional saja kadang kala mengalami kerugian. Apalagi kita yang baru belajar. Jangan putus asa untuk mencoba lagi dan lagi. Kita ingat lagi banyaknya manfaat yang kita dapat dari berkebun.

Kevin Espritu pernah menyampaikan, green thumb (artinya tangan yang berbakat merawat tanaman) itu dapat ditumbuhkan. Semua orang dapat belajar berkebun. Setiap orang bisa saja mengalami kegagalan, tapi orang sukses adalah orang yang belajar dari kegagalan tersebut.


Semoga Tetangganet semakin bersemangat untuk berkebun ya! Sampai jumpa di postingan selanjutnya. Wassalamu’alaykum!

5 Komentar

  1. Mau coba berkebun, salah satu cara buat healing juga hehehehe

    BalasHapus
  2. Mau berkebun tapi halaman belakang sama depan udah keburu disemen karena banjir, wkwk.

    BalasHapus
  3. Berkebun itu asik sih, cuma yang bikin malas itu kalau layu hahahaha

    BalasHapus
  4. Betul banget, nih ka, banyak anak muda keren yang menjajakan hasil kebunnya sendiri. Berkebun memang bisa dijadikan healing sekaligus nambah cuan, ya. Thanks for sharing, ka.

    BalasHapus
  5. jadi pengen banget berkebun

    BalasHapus

Silakan tinggalkan komentar, tapi bukan link hidup ya