Pengalaman Membantu Orang Tua Mempersiapkan Berhaji : Apa Saja yang Dibutuhkan?

Assalamu'alaykum, Tetangganet, bagaimana kabarnya hari ini? Alhamdulillah kita sudah masuk ke bulan Dzulhijjah, bulan haji. Rombongan haji dari Indonesia tahun ini pun sudah diberangkatkan. Alhamdulillah, tahun ini bapak dan ibu mertua saya pun turut berangkat setelah bertahun-tahun lamanya menunggu. Berangkat haji di usia tua memang tidak mudah. Secara, haji adalah ibadah yang menuntut kekuatan fisik yang tinggi. Namun, dengan persiapan maksimal, semoga Allah lancarkan ibadah ini dan semua jamaah haji dapat pulang ke tanah air dengan keadaan selamat, sehat, dan bahagia.

Di artikel kali ini, saya ingin membagikan pengalaman kami dalam membantu orang tua kami mempersiapkan ibadah haji tahun ini. Semoga Tetangganet dapat mengambil manfaat dari apa yang saya tulis.

Masjidil Haram, Ka'bah, Clock Tower
Photo by Ishan @seefromthesky on Unsplash



Berangkat Haji yang Ditunggu-tunggu

Berangkat haji adalah momen yang sangat spesial bagi keluarga kami. Bagaimana tidak? Tiga belas tahun lamanya Bapak dan Ummi (begitulah kami memanggil beliau berdua) menunggu antrian keberangkatan. Bahkan, saking rindunya ingin ke Tanah Suci, Bapak dan Ummi memutuskan untuk berangkat umroh terlebih dahulu dua tahun yang lalu.

Setelah dipikir-pikir, ada baiknya juga Bapak dan Ummi berangkat umroh terlebih dahulu. Jadi beliau berdua bisa mengamati lokasi-lokasi yang akan didatangi ketika berhaji. Tentu saja suasana haji dan umroh sangat berbeda. Ketika berhaji, Makkah akan menjadi sangat padat oleh jamaah dari berbagai penjuru dunia. Sedangkan ketika umroh, suasana bisa cenderung lebih santai dan lengang. Oleh karena itu, ketika umroh, Bapak dan Ummi dapat mengamati berbagai tempat dengan lebih seksama.

Menurut saya, Bapak dan Ummi cukup beruntung bisa berangkat di tahun ini. Menurut informasi dari Detik.com, untuk penduduk Jawa Tengah yang mendaftar antrian porsi haji tahun 2025 saja, masa tunggunya hingga 32 tahun! Bayangkan saja dengan kami-kami ini yang belum juga bisa mendaftar porsi haji. Hmmm.. entah pada usia berapakah nantinya kami bisa berangkat haji? Jadi bikin saya berpikir macam-macam, dari nabung untuk ONH plus, pindah domisili, atau ikutan tren #KaburAjaDulu ke luar negeri yang masa antriannya lebih pendek. 😅

Selain, Bapak dan Ummi, ternyata Mbah Ti, salah satu nenek dari keluarga suami, juga mendapatkan giliran naik haji di tahun yang sama. Beliau mendapatkan prioritas karena usianya sudah sangat tua. Hmmm.. Mungkin kalau nanti saya sudah tua, bisa mendapatkan prioritas berangkat duluan juga kali ya? Tapi saya tetap berharap bisa berangkat haji ketika usia masih mudah dan masih kuat. Bismillah, semoga Allah kabulkan.


Bergabung dengan Kelompok Bimbingan Haji

Menyadari bahwa usianya tidak lagi muda, Bapak dan Ummi memutuskan untuk mengikuti program manasik bersama kelompok bimbingan haji. KBIH Yasin namanya. Awalnya kami ragu-ragu, betul nggak sih bakal dibimbing dan dibantuin nanti ketika sudah berada di sana? Kami sebagai anak tentu saja takut jika ternyata ini hanyalah modus penipuan aja. Apalagi, untuk mengikuti program tersebut, dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

Setelah bertanya sana-sini dengan kenalan dan keluarga, ternyata KBIH Yasin ini valid, guyss! Banyak testimoni mengatakan bahwa mereka benar-benar teliti dan perhatian dalam membimbing para lansia sebelum keberangkatan, ketika sedang di Tanah Suci, dan memberikan pertanggungjawaban (seperti sisa titipan uang saku) yang baik setelah kembali ke Tanah Air.

Baiklah, akhirnya Bapak dan Ummi mengikuti program manasik haji di KBIH Yasin. Saya dan suami yang mengantarkan beliau-beliau ke lokasi manasik setiap hari Ahad. Maklumlah, lokasi manasiknya berada jauh dari rumah. Mbah Ti tentu saja ikut. ☺️

Jadwal bimbingan di KBIH Yasin sangat komprehensif. Peserta bimbingan tidak hanya dituntun untuk menghafal tata cara ibadah haji, namun juga diberikan motivasi, wejangan untuk selalu menjaga kesehatan, serta tips dan trik khas lansia agar dapat mengerjakan ibadah haji secara optimal. Semuanya disampaikan secara humoris oleh para narasumber yang sudah sangat berpengalaman mendampingi jamaah haji.


Persiapan Fisik Sebelum Berangkat Haji

Salah satu hal yang selalu ditekankan dalam mempersiapkan diri sebelum berangkat haji adalah menjaga kondisi fisik. Maklum saja, ibadah haji sangat menekankan kekuatan fisik. Bayangkan saja,  melakukan satu kali tawaf 7 putaran berarti berjalan kaki sepanjang kurang lebih 3,5 km. Dilanjutkan dengan sa'i yang juga sekitar 3,15 km. Belum lagi perjalanan Mekkah-Mina-Arafah-Muzdalifah-Mina!

Oleh karena itu sangat disarankan untuk berlatih secara fisik agar kuat berjalan jauh. Sebelum berangkat haji, Bapak dan Ummi merutinkan berolahraga jalan kaki di pagi hari. Alhamdulillah, di dekat rumah, ada Taman Sukowati atau yang lebih sering kami sebut Embung. Jadi Bapak dan Ummi dapat berolahraga mengelilingi Embung setiap hari.

Embung adalah salah satu tempat yang menarik bagi saya. Cerita lebih panjang tentang Embung akan saya tulis di artikel terpisah ya.. 

Selain berjalan kaki, Bapak dan Ummi juga harus menjaga kesehatan dengan seksama. Tidak boleh sakit, terutama menjelang tes kesehatan untuk mendapatkan predikat istitho'ah. Karena Bapak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, maka tensinya pun harus selalu dijaga dengan rutin minum obat darah tinggi dan menjaga pola makan.

Kami juga selalu menyarankan Ummi untuk berlatih makan secara teratur. Karena nanti di Tanah Suci, jamaah haji tidak bisa pilih-pilih makanan. Makanan yang disediakan juga harus dihabiskan agar memperoleh tenaga yang cukup untuk menjalankan ibadah. 

Pak Agus, pembimbing di KBIH Yasin, bahkan menganjurkan agar dalam satu kelompok saling mengawasi dan mengingatkan untuk menghabiskan makanan. Apa jadinya kalau jamaah tidak makan karena terlalu pilih-pilih makanan, lalu merasa lemas ketika melaksanakan ibadah. Wah, bisa-bisa jamaah jatuh sakit dan tidak bisa mengerjakan ibadah haji dengan maksimal! Padahal menunggu giliran berangkatnya saja tiga belas tahun. 

Pak Agus juga menyarankan jamaah agar membawa makanan pelengkap favoritnya, seperti sambal pecel, kering tempe, atau mie instan. Jadi, jikalau makanan yang disediakan kurang menggugah selera, kita bisa tambahkan makanan pelengkap agar tetap nafsu makan.


Mempersiapkan Perbekalan

Setelah mendapatkan undangan tes kesehatan, mendaftarkan bio-visa, mendapatkan istitho'ah, dan melunasi pembayaran haji, Bapak dan Ummi akhirnya mulai mendapatkan berbagai perlengkapan haji, seperti sepaket koper besar dan kecil, tas kecil untuk membawa identitas, kain ihram untuk Bapak, mukena untuk Ummi, kain batik seragam, dan lain sebagainya.

Jauh-jauh hari sebelumnya, Ummi telah mencicil berbagai perlengkapan untuk dibawa berhaji. Kami, anak-anak dan menantu-menantunya, juga membelikan berbagai perlengkapan yang biasa dibeli secara online. Banyak juga tetangga yang memberikan berbagai pakaian untuk berhaji, seperti kerudung dan gamis.

Sekitar sepekan menjelang keberangkatan, KBIH Yasin pun memberikan sebuah list yang sangat lengkap, mengenai apa saja yang perlu dibawa di masing-masing koper dan tas. Saya berniat membagikan foto list tersebut di sini, barangkali Tetangganet membutuhkan. Qadarullah, list tersebut belum sempat difoto sebelum berangkat dan sudah sudah dibawa ke Tanah Suci. Berikut ini saya listkan beberapa di antaranya ya. InsyaAllah, list ini akan saya lengkapi lagi begitu Bapak dan Ummi kembali ke Tanah Air.


1. Pakaian

Selama menunaikan ibadah haji dan umroh, jamaah haji tentu wajib mengenakan pakaian ihram. Untuk laki-laki, pakaian ihram terdiri dari dua lembar kain putih tebal yang dililitkan ke badan. Karena laki-laki dilarang mengenakan kain yang berjahit selama ihram, kain-kain tersebut tidak boleh dijahit dan mereka juga dilarang mengenakan pakaian dalam. Setiap jamaah laki-laki akan mendapatkan satu set kain ihram. Tetapi disarankan untuk membawa 1-2 set kain ihram tambahan untuk cadangan.

Untuk perempuan, pakaian ihramnya adalah pakaian yang menutup aurat. Bisa gamis dan kerudung lebar. Pakaian yang biasa kita kenakan ketika keluar rumah pun tidak masalah. Yang penting, pakaian tersebut tidak menerawang maupun membentuk lekuk tubuh, menutup seluruh aurat wanita, dan tidak terlihat mencolok sehingga menarik perhatian. Warna-warna netral seperti putih atau hitam selalu menjadi pilihan para jamaah haji wanita. Jangan lupa untuk memastikan pakaian menutup hingga pergelangan tangan dan menyempurnakannya dengan memakai kaos kaki.

Di luar hari-hari ditunaikannya ibadah haji dan umroh, para jamaah bisa mengenakan pakaian sehari-hari. Oleh karena itu, pakaian sehari-hari yang menutup aurat juga perlu disediakan. Tidak disarankan membawa terlalu banyak pakaian karena bisa memberikan beban terlalu banyak ke jatah bagasi. Para jamaah haji akan memiliki kesempatan untuk mencuci baju-bajunya di hotel. Lebih baik, sisakan ruang yang cukup di dalam koper untuk nanti membawa oleh-oleh, bukan?


2. Peralatan Mandi

Selain pakaian, tentu juga perlu peralatan mandi seperti sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi dan pembersih wajah. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan. Selama berihram, jamaah haji dan umroh dilarang untuk mengenakan wewangian. Nah loh, padahal kebanyakan sabun dan sampo yang dijual komersil memiliki kandungan parfum atau fragrance! Oleh karena itu, pilihlah produk peralatan mandi khusus haji dan umroh yang sudah tidak mengandung wewangian.

Isi paket Ultimate Haji Umroh Wardah
Isi Paket Ultimate Haji dan Umroh Wardah (dok. pribadi)



Saya memilihkan produk Wardah Set Ultimate Haji dan Umroh untuk Bapak dan Ummi. Dalam set tersebut, sudah ada sabun dan sampo, pembersih wajah, deodoran, tabir surya, pelembab wajah, dan lip balm. Semuanya tanpa kandungan pewangi dan tanpa alkohol. Sudah ada pouch cantiknya pula! Sebenarnya, ada banyak produk di luar sana yang khusus diperuntukkan haji dan umroh. Namun, saya memilih Wardah karena kandungannya sudah pasti terjamin dan aman, bahkan untuk kulit lansia sekalipun. Jika Tetangganet berminat, Tetangganet bisa checkout di link berikut.



3. Makanan Pelengkap

Untuk yang pertama kali bepergian keluar negeri, bisa jadi makanan yang dihidangkan tidak selalu cocok dengan selera masing-masing jamaah haji. Oleh karena itu, disarankan membawa makanan pelengkap untuk berjaga-jaga. Makanan pelengkap yang bisa dibawa, di antaranya sambal pecel, kecap, saos sambal, bon cabe, kering tempe, abon, atau mie instan.

Ummi memilih untuk membawa sambal pecel dan mie gelas. Namun, beliau juga membawa 1,5 liter beras. Katanya nanti akan memasak nasi bersama-sama dengan kelompoknya di hotel.

Bapak dan Ummi juga membawa perlengkapan makan, yaitu piring plastik, gelas plastik, dan sendok plastik. Bahan plastik dipilih karena ringan dan tidak mudah pecah.

4. Obat-Obatan

Selama menjalankan ibadah haji, tubuh harus selalu dijaga tetap sehat dan kuat. Makan teratur dan istirahat yang cukup menjadi ikhtiar wajib agar badan selalu fit. Namun, ada baiknya selalu berjaga-jaga dengan membawa persediaan obat-obatan yang biasa dikonsumsi ketika sedang kurang sehat.

Bersamaan dengan diberikannya koper dan tas haji, jamaah haji juga diberikan persediaan obat-obatan umum seperti pereda nyeri (paracetamol) dan juga multivitamin. Namun, jamaah haji juga harus membawa obat-obatan pribadi yang biasa digunakan. Misalnya obat penurun tekanan darah untuk penderita hipertensi, atau obat lambung untuk penderita penyakit lambung. Boleh juga membawa minyak kayu putih atau minyak angin dalam kemasan kurang dari 100 ml.

Karena Bapak memiliki obat-obatan yang harus diminum setiap pagi dan sore hari, Ummi sudah menyiapkan obat-obatan yang akan dikonsumsi rutin selama 40 hari. Obat pagi dan obat sore sudah dipisah-pisahkan ke dalam kemasan-kemasan plastik kecil dan dimasukkan ke dalam pouch khusus obat-obatan.

5. Peralatan Mencuci

Ummi juga membawa peralatan mencuci, yaitu deterjen dan tali jemuran. Kakak ipar juga membelikan ember yang bisa dilipat. Namun, sepertinya ember tersebut tertinggal di rumah.

KBIH menjelaskan bahwa nanti di hotel di Makkah, jamaah haji bisa mencuci pakaian. Ada mesin cuci yang dapat digunakan bersama-sama. Tapi tentunya harus antre ya. 

Jika tidak ingin mencuci, ada juga jasa binatu. Namun tentunya dengan harga yang sangat mahal.

6. Smartphone

Alhamdulillah, di zaman sekarang, komunikasi serba mudah dengan menggunakan smartphone. Walaupun terpisah jarak ribuan kilometer, Bapak dan Ummi bisa berkomunikasi dengan kami melalui Whatsapp.

Awalnya, Bapak dan Ummi hanya memiliki satu smartphone yang selama ini memang selalu digunakan bersama. Namun, kami khawatir jika nanti Bapak dan Ummi harus berada di lokasi yang terpisah, maka akan kesulitan menghubungi satu sama lain.

Akhirnya, kami iuran untuk membelikan smartphone baru untuk Ummi. Sedangkan Bapak menggunakan smartphone yang lama. Senang rasanya melihat Ummi mencoba fitur-fitur baru di smartphone yang baru dengan antusias. Karena baru, maka memorinya juga lebih lega. Bapak dan Ummi bisa mengirimkan foto, video, bahkan membagikan lokasi. Mungkin kedepannya, kami ajarkan Ummi live di Instagram kali, ya? Bagaimana menurut kalian? 🤭

Selain mempersiapkan smartphone, kuota internet roaming-nya juga perlu dipersiapkan. Kami memilih paket roaming internet Umroh dan Haji 30GB untuk 45 hari dari Telkomsel seharga Rp 880.000 untuk masing-masing smartphone. Semoga cukup ya.


7. Uang saku

Secara umum, kebutuhan selama melakukan ibadah haji telah disediakan. Namun, jamaah haji bisa juga membawa uang saku jika suatu saat ingin membeli sesuatu. Makanan khas Indonesia banyak dijual di Arab Saudi, namun tentu saja harganya sangat mahal. Tapi, kalau benar-benar sangat ingin, bolehlah jajan sekali-kali.

Ummi juga menyebutkan bahwa ada beberapa kegiatan seperti ziarah ke tempat-tempat tertentu di luar Makkah yang membutuhkan sewa bus. Jika ingin ikut kegiatan-kegiatan tersebut, tentu saja membutuhkan uang untuk iuran bersama kelompoknya. Namun, karena sudah usia lanjut, kami menyarankan agar waktu luang digunakan untuk beristirahat sebaik-baiknya.

Bapak dan Ummi juga menyediakan uang untuk membayar dam karena nanti akan melaksanakan haji tamattu', yaitu melaksanakan umrah sebelum melaksanakan haji. Uang tersebut sudah dititipkan kepada KBIH sebelum keberangkatan.

Selain itu, Bapak dan Ummi juga berjaga-jaga menyediakan uang untuk menyewa kursi roda seandainya dibutuhkan. 

8. Topi, Payung, dan Tabir Surya

Kondisi cuaca di Arab Saudi cenderung lebih panas daripada di Indonesia. Oleh karena itu, Ummi juga membawa topi dan payung untuk melindungi diri dari panas matahari. Topi hanya boleh digunakan oleh wanita. Sedangkan Bapak akan menggunakan payung.

Selain itu, kami juga membekali Bapak dan Ummi dengan tabir surya. Memang Bapak dan Ummi belum terbiasa menggunakan tabir surya. Tapi semoga kali ini benar-benar digunakan agar kulit tidak terbakar.


Mengantarkan Orang Tua Berangkat Haji

Salah satu budaya yang menarik di Indonesia adalah budaya mengantarkan anggota keluarganya berangkat haji. Kami pun juga mengalaminya.

Biasanya, orang yang akan berangkat haji akan menggelar pengajian sebagai suatu bentuk berpamitan. Sanak saudara dan warga sekitar diundang untuk mendengarkan tausiyah mengenai haji dan tentu saja ada acara makan-makannya.

Bapak dan Ummi memutuskan untuk tidak menggelarkan acara yang demikian. Namun, beberapa hari sebelum keberangkatan, banyak sanak saudara dan tetangga datang berkunjung ke rumah. Bahkan, ketika kami akan berangkat ke Pendopo Bupati untuk mengantarkan keberangkatan pukul 03.00 pagi, beberapa tetangga pun turut mengantarkan hingga ke depan rumah.

Suasana pengantaran jamaah haji sangat ramai walaupun dilakukan pukul 03.00 pagi. Meskipun hanya sepasang suami istri yang hendak berangkat, seluruh anggota keluarga dan juga tetangga turut mengantarkan hingga rombongan berangkat dari Pendopo ke Embarkasi. Bahkan ada yang menyewa bus mini dan truk.

Suasana bagaimana pasar malam yang gegap gempita. Banyak juga pedagang makanan menggelar stannya di area taman. Mobil-mobil dan bus memenuhi area parkir dan juga jalan-jalan. Ketika tiba waktunya bus rombongan haji berangkat ke Embarkasi, ratusan orang berdiri melambaikan tangan. Teriring doa agar keluarga tercinta dapat melaksanakan ibadah haji dengan lancar, menjadi haji yang mabrur, dan kembali ke Tanah Air dalam kondisi selamat, sehat, dan bahagia.

Untuk Bapak dan Ummi, meski terlihat repot, kami merasa sangat bahagia bisa ikut membantu Bapak dan Ummi berangkat haji. Semoga Bapak dan Ummi menjadi haji yang mabrur dan pulang kembali dalam keadaan sehat. Sampai bertemu kembali di tanah air tercinta. 😊

Untuk Tetangganet, saya doakan semoga Allah segerakan berangkat haji. Doakan kami juga ya, siapa tahu kita bisa bertemu di Haramain. Sekian dari saya. Wassalamu'alaykum. 😊

0 Komentar