Menjalin hubungan yang baik dengan tetangga adalah salah satu aspek yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyaknya hadits tentang berbuat baik kepada tetangga menunjukkan bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasalam memberikan penekanan pada masalah ini. Pada artikel ini saya ingin membahas pelajaran yang bisa kita petik dari hadits-hadits tersebut dan juga bagaimana kita bisa bermuamalah dengan baik dengan tetangga kita.
Assalamu’alaykum, Tetangganet, bagaimana kabarnya hari ini? Hari-hari menjadi indah tatkala kita memiliki hubungan yang baik dengan tetangga, betul nggak? Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bahkan menyebutkan tetangga yang baik adalah salah satu sumber kebahagiaan dunia yang besar.
Dalam hadis riwayat Ibnu Hibban, Nabi Shalallahu alaihi wasalam bersabda:Ø£َرْبَعٌ Ù…ِÙ†َ السَّعَادَØ©ِ: اَÙ„ْÙ…َرْØ£َØ©ُ الصَّالِØَØ©ُ، ÙˆَالْÙ…َسْÙƒَÙ†ُ الْÙˆَاسِعُ، Ùˆَالْجَارُ الصَّالِØُ، ÙˆَالْÙ…َرْÙƒَبُ الْÙ‡َÙ†ِÙŠُّ
“Ada empat perkara termasuk kebahagiaan: istri yang shalihah, tempat tinggal yang lapang, teman atau tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman.”
Coba kita renungkan, jika kita mendapatkan tetangga yang buruk, tinggal di rumah yang megah pun tidak akan terasa nyaman. Salah seorang teman saya pernah bercerita, bagaimana pemilik sebelumnya dari rumah yang dia tinggali rela menjual rumah tersebut dan pindah ke daerah lain hanya karena tetangga di sekitarnya bersikap buruk. Ketika kita capek bekerja, kita ingin beristirahat di rumah yang nyaman dan tenteram. Tetapi karena tetangga yang buruk, kita jadi tambah pusing setiap kali pulang ke rumah.
Tentunya, kita juga ingin menjadi tetangga yang baik untuk tetangga kita, bukan?
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam telah memberikan tuntunan kepada kita tentang pentingnya menjadi tetangga yang baik. Sayangnya, kita sering abai ya, lebih mengedepankan emosi daripada akal sehat. Untuk itu, yuk kita buka lagi tuntunan Rasulullah tentang menjadi tetangga yang baik.
Pelajaran yang Dapat Diambil dari Hadits tentang Berbuat Baik kepada Tetangga
Ketika saya membuka kitab Riyadush Shalihin karya Imam An Nawawi, hadits tentang bertetangga terhimpun dalam satu bab tersendiri. Saya tidak akan mengurainya kembali satu per satu karena Tetangganet dapat membuka sendiri kitab Riyadush Shalihin dan mendapatkan versi lengkapnya. Namun, saya ingin membagikan beberapa pelajaran yang saya ambil dari hadits tentang berbuat baik kepada tetangga tersebut.1. Anjuran Berbagi Makanan dengan Tetangga
Tetangganet ingat tidak dengan adegan pembuka di drama Korea Reply 1988, dimana beberapa keluarga yang tinggal berdekatan saling mengantarkan makanan ketika waktu makan malam tiba. Adegan tersebut mengingatkan saya dengan budaya saling memberikan makanan di desa saya.
Jika Tetangganet tinggal di desa atau di lingkungan yang dekat dengan tetangga, Tetangganet tentu sudah tidak asing dengan budaya saling memberikan makanan. Ternyata budaya ini adalah tuntunan dari Rasulullah shalallahu alaihi wasalam, lho.
Pada Kitab Riyadush Shalihin pada hadits ke 309 disebutkan,
Dari Abu Dzar radiyallahu anhu, beliau berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya,
“Wahai Abu Dzar! Apabila kamu memasak kuah, maka perbanyaklah airnya, lalu perhatikanlah tetangga-tetanggamu.” Hadits riwayat Muslim.
Dalam satu riwayat Muslim juga dari Abu Dzar, beliau berkata,”Sesungguhnya kekasihku (Rasulullah shalallahu alaihi wasalam) berwasiat kepadaku,’Apabila kamu memasak lauk, maka perbanyaklah airnya, kemudian perhatikan keluarga dari tetangga-tetanggamu lalu berilah mereka darinya dengan cara yang baik.”
Di hadits ini diceritakan Rasulullah shalallahu alaihi wasalam memereintahkan Abu Dzar untuk memperbanyak masakannya agar bisa dibagikan kepada tetangga-tetangganya. Dan juga Rasulullah shalallahu alaihi wasalam memeritahkan agar memperhatikan tetangga-tetangga kita (jikalau sedang membutuhkan sesuatu) dan memberikan sedekah kepada mereka dengan cara yang baik.
Budaya berbagi makanan mungkin sudah mulai terkikis di zaman modern ini ketika setiap rumah sudah saling tertutup dan berpagar tinggi. Ketika kita sedang makan di rumah, asumsi kita bahwa orang lain juga bisa merasakan nikmat makanan yang sama. Padahal, belum tentu, lho, Tetangganet. Coba perhatikan sekali lagi lingkungan sekitar kita. Siapa tahu masih ada pedagang kaki lima yang ada di sekitar rumah, yang harus menahan lapar. Bisa jadi juga ada orang-orang yang berkekurangan, tapi mereka tidak pernah meminta-minta.
Memberikan makanan juga bisa kita lakukan, bukan hanya kepada tetangga kita yang miskin, lho. Jika tetangga kita kaya pun, kita bisa tetap saling memberikan hadiah, misalnya berupa makanan. Makanan tersebut dapat meningkatkan hubungan yang lebih harmonis di antara tetangga.
2. Larangan Menganggap Remeh Pemberian kepada Tetangga
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam juga melarang kita menganggap remeh pemberian kita kepada tetangga. Masih di kitab Riyadush Shalihin, di hadits ke 311 disebutkan,Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, yang artinya,
“Wahai wanita-wanita Muslimah! Janganlah sekali-kali seorang tetangga menganggap remeh pemberiannya kepada tetangganya, meskipun hanya berupa kikil kambing.” Muttafaq alaih.
Sering kali kita merasa minder atau menganggap remeh pemberian kepada tetangga. Sekecil apapun pemberian, kita tidak boleh meremehkannya. Apalagi menahan diri dari memberi kepada tetangga karena merasa pemberiannya kurang ‘wah’. Jangan, ya, Tetangganet, ya, jangan..
3. Mendahulukan Tetangga yang Paling Dekat Pintu Rumahnya
Ketika kita sedang memiliki sedikit harta benda atau masakan yang ingin kita bagikan kepada tetangga, tapi kita memiliki banyak tetangga, kita bingung harus mendahulukan siapa dulu yang akan kita beri. Tahukah Tetangganet, Ummul Mukminin Aisyah radiyallahu anha pernah mengalami dilema yang sama. Beliau kemudian bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasalam mengenai hal ini.
Di kitab Riyadush Shalihin di hadits ke 315 disebutkan,
Dari Aisyah ra, beliau berkata,
“Saya berkata,’wahai Rasulullah, saya memiliki dua tetangga, kepada siapakah saya memberi hadiah (terlebih dahulu)?’ Beliau menjawab,’Kepada tetangga yang paling dekat pintunya darimu.” Hadits Riwayat Bukhari.
Nah, begitu solusinya, Tetangganet. Coba periksa kembali tetangga kanan-kiri-depan-belakang rumah kita. Yang mana nih yang pintu rumahnya paling dekat dengan pintu rumah kita.
Saya pernah melihat suatu tayangan yang mungkin Tetangganet juga pernah melihat tayangan yang sama di media sosial.
Pada tayangan itu dinampakkan satu keluarga miskin yang terdiri dari seorang ibu dan tiga orang anaknya. Mereka sedang duduk di dipan di depan rumah, hendak menyantap makanan semacam ubi.
Tak lama kemudian, seorang tetangga depan rumah mereka berjalan dengan tersenyum, sambil membawa sepiring nasi. Salah seorang dari anak-anak tersebut bergumam,”Alhamdulillah, nasi,” dengan mata yang berbinar-binar. Jelas keluarga miskin ini sudah lama tidak menyantap nasi putih. Mereka menduga bahwa sang tetangga membawakan nasi untuk disedekahkan kepada mereka.
Namun, ternyata sang tetangga hanya menyapa dan menuju rumah lain dengan membawa nasinya. Dugaan keluarga miskin ini salah. Dan akhirnya mereka tetap menyantap ubi yang sudah dihidangkan ibunya dengan kecewa.
Hadits yang disebutkan sebelumnya, menghindarkan diri kita dari situasi semacam ini. Coba bayangkan kekecewaan keluarga miskin ini yang sudah mengharapkan sedekah sepiring nasi, tapi ternyata tetangga mereka memberikan nasi tersebut kepada orang lain yang rumahnya lebih jauh.
Tentu akan lebih baik kalau kita bisa membagikan sedekah kita kepada lebih banyak orang. Namun, jika Allah menakdirkan kita memiliki yang sedikit untuk disedekahkan kepada tetangga, pilihlah tetangga yang paling dekat pintu rumahnya.
Di hadits ke 310 di kitab Riyadush Shalihin disebutkan,
Mengerikan, bukan? Sebanyak apapun ibadah yang kita lakukan, jika tetangga kita tidak merasa aman dari diri kita, maka akan percuma saja. Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap yang buruk kepada tetangga dan menjauhkan kita dari tetangga yang buruk.
Namun, ternyata sang tetangga hanya menyapa dan menuju rumah lain dengan membawa nasinya. Dugaan keluarga miskin ini salah. Dan akhirnya mereka tetap menyantap ubi yang sudah dihidangkan ibunya dengan kecewa.
Hadits yang disebutkan sebelumnya, menghindarkan diri kita dari situasi semacam ini. Coba bayangkan kekecewaan keluarga miskin ini yang sudah mengharapkan sedekah sepiring nasi, tapi ternyata tetangga mereka memberikan nasi tersebut kepada orang lain yang rumahnya lebih jauh.
Tentu akan lebih baik kalau kita bisa membagikan sedekah kita kepada lebih banyak orang. Namun, jika Allah menakdirkan kita memiliki yang sedikit untuk disedekahkan kepada tetangga, pilihlah tetangga yang paling dekat pintu rumahnya.
4. Larangan Mengganggu Tetangga
Selain diperintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga, kita juga dilarang untuk mengganggu tetangga. Orang yang mengganggu tetangganya mendapatkan ancaman serius dari Rasulullah shalallahu alaihi wasalam.Di hadits ke 310 di kitab Riyadush Shalihin disebutkan,
Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, bahwa Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya,
“Demi Allah, tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman.” Ditanyakan,”Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan kejahatannya,” Muttafaq ‘alaih.
Dan dalam satu riwayat Muslim,
“Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan kejahatannya”
Mengerikan, bukan? Sebanyak apapun ibadah yang kita lakukan, jika tetangga kita tidak merasa aman dari diri kita, maka akan percuma saja. Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap yang buruk kepada tetangga dan menjauhkan kita dari tetangga yang buruk.
Di antara kita mungkin merasa bahwa kita tidak pernah mengganggu tetangga, tapi bisa jadi tetangga kita merasa terganggu dengan kegiatan kita di rumah. Aktivitas seperti menyalakan musik kencang-kencang, atau melakukan revonasi berkepanjangan di waktu istirahat, membakar sampah atau membuang limbah rumah tangga sembarangan perlu kita hindari agar tetangga kita tidak terganggu. Perlu kita cek juga apakah aliran limbah mencemari lingkungan sekitar, apakah talang air di atap kita mengucur ke halaman tetangga, dan apakah hewan peliharaan kita suka buang air di pot-pot tetangga? Jangan sampai ada hal yang mengganggu tetangga, walaupun kita tidak sengaja melakukannya.
5. Berbuat Baik Kepada Tetangga adalah Tanda Orang yang Beriman
Sudah disebutkan di atas, bahwa tidak beriman orang yang mengganggu tetangganya. Maka, berbuat baik kepada tetangga adalah salah satu ciri dari orang yang beriman. Pada hadits ke 314 dari Kitab Riyadush Shalihin disebutkan,
Dari Abu Syuraih al Khuza’i bahwa Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda, yang artinya,
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendakalah berkata yang baik atau diam.”
Jadi, jangan mengaku beriman jika masih saja berbuat buruk kepada tetangga. Dan kalau mengaku beriman, haruslah berbuat baik kepada tetangganya.
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai pelajaran yang dapat diambil dari hadits tentang berbuat baik kepada tetangga. Semoga Allah mudahkan kita untuk selalu bersikap baik kepada tetangga. Dan semoga Allah jauhkan kita dari tetangga yang buruk. Sampai jumpa di postingan berikutnya. Wassalamu’alaykum, Tetangganet.
Referensi:
Kitab Riyadush Shalihin karya Imam An Nawawi.
https://bincangsyariah.com/khazanah/empat-perkara-yang-membuat-hidup-bahagia/
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai pelajaran yang dapat diambil dari hadits tentang berbuat baik kepada tetangga. Semoga Allah mudahkan kita untuk selalu bersikap baik kepada tetangga. Dan semoga Allah jauhkan kita dari tetangga yang buruk. Sampai jumpa di postingan berikutnya. Wassalamu’alaykum, Tetangganet.
Referensi:
Kitab Riyadush Shalihin karya Imam An Nawawi.
https://bincangsyariah.com/khazanah/empat-perkara-yang-membuat-hidup-bahagia/
2 Komentar
Tanpa mengecilkan arti penting keluarga besar, tetapi tidak dapat kita mungkiri, untuk hal-hal darurat seringnya kita bisa saling tolong menolong sesama tetangga. Oleh karena itu, berbuat baik kepada tetangga sudah menjadi keharusan.
BalasHapusIni poin penting banget ya dalam bertetangga yang harus diketahui
BalasHapusSilakan tinggalkan komentar, tapi bukan link hidup ya