Prinsip-Prinsip Menentukan Prioritas

Assalamu’alaykum, Tetangganet. Bagaimana kabarnya hari ini? Mohon maaf ya, akhir-akhir ini saya tidak muncul di dunia maya. Hehe.. Sejak beberapa hari lalu, ada sebuah tugas di dunia nyata yang membutuhkan perhatian lebih dan memaksa saya untuk mengedepankan hal-hal yang merupakan prioritas.

Apakah kemudian Tetangganet tidak berarti penting buat saya? Tentu saja, penting. Buktinya saya kembali hadir lagi, kan.

Urusan menentukan prioritas ini memang sesuatu yang teramat penting. Dalam satu hari, kita hanya diberikan waktu 24 jam. Dalam waktu tersebut, kita harus mendapatkan hasil yang maksimal.

Kadang-kadang kita bertanya, bagaimana, sih, cara menentukan prioritas? Dalam postingan kali ini, saya ingin membahas prinsip-prinsip yang dapat memudahkan saya dalam menentukan prioritas. Barangkali Tetangganet terinspirasi, atau punya tambahan lain mengenai menentukan prioritas, kami harapkan sekali bisa berbagi ilmu di kolom komentar ya. Terima kasih sebelumnya.

Memahami perintah siapa yang wajib dilaksanakan

Sebagai seorang muslim, hierarki perintah siapa yang wajib dilaksanakan sudah jelas diatur dalam Al Quran.
Tentunya pertama adalah perintah Allah dan Rasul-Nya. Ibadah-ibadah wajib, misalnya, harus segera dilaksanakan.
Kedua, adalah perintah suami. Karena saya adalah seorang istri, maka saya harus patuh pada perintah suami sepanjang tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Ketiga, perintah orangtua. Setelah suami, baru kemudian perintah orangtua. Ini khusus untuk wanita-wanita yang sudah menikah, ya. Untuk para laki-laki, tentu saja orangtua lebih prioritas daripada istri. Alhamdulillah, suami dan orangtua saya sangat pengertian dan bisa diajak musyawarah untuk urusan apapun. Jadi kepentingan apapun bisa didiskusikan bersama, yang mana yang bisa didahulukan.

Menghindari larangan

Selain melaksanakan kewajiban, tentu saja kita harus menjauhi larangan. Larangan-larangan yang telah ditetapkan pasti memiliki hikmah masing-masing. Bisa saja, kita tidak suka dilarang-larang, padahal itu baik untuk kita. Ya sabar saja, jauhi walaupun dengan berat hati. Yakin, pasti ada hikmahnya.

Memenuhi perjanjian

Janji adalah hutang. Hutang yang tidak dibayarkan akan ditagih di akhirat kelak. Maka hendaknya, mengusahakan untuk memenuhi perjanjian sesegera mungkin. Janji tersebut, bisa jadi janji temu, janji memberikan hadiah, perjanjian kerja, dan lain-lain.

Semakin banyak orang yang terdampak dari keputusan kita, semakin penting suatu urusan tersebut

Selama hidup, kita berurusan dengan banyak orang. Apapun keputusan kita, pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Pasti ada yang setuju, dan pasti ada juga yang tidak setuju. Ini adalah hal yang wajar.

Di tengah kegalauan, baiknya benar-benar kita memperhatikan orang-orang yang terdampak dengan keputusan kita. Siapa sajakah mereka? Kerugian macam apa yang dapat muncul? Dan lain sebagainya. Semakin banyak yang terdampak, maka urusan tersebut semakin penting.

Menghindari kerusakan lebih utama daripada membuat amal kebaikan

Pernahkah Tetangganet bermain pasir di pantai? Atau bermain lego? Atau menyusun puzzle? Begitu lama waktu dan usaha yang kita berikan kepada apa yang kita bangun. Namun, untuk menghancurkannya hanya perlu sekali sapuan. Ya, pada prinsipnya, membangun itu lebih sulit daripada menghancurkan. Oleh karena itu, mencegah keburukan atau menghindari kerusakan lebih utama daripada membangun kebaikan. Memperbaiki sesuatu yang dapat menyebabkan musibah lebih utama daripada membangun kebaikan yang baru.

Tidak semua pekerjaan harus kita kerjakan sendiri

Jika ada pekerjaan yang bisa didelegasikan, lebih baik kita delegasikan. Mendelegasikan bukan berarti berlepas tangan terhadap pekerjaan tersebut, ya. Kita harus tetap memonitornya, agar pekerjaan tersebut berhasil sesuai ekspektasi.

Dengan mendelegasikan, kita dapat mengalokasikan waktu dan tenaga kita untuk pekerjaan lain yang lebih penting dan tidak bisa ditinggalkan.

Jauhi perbuatan yang sia-sia

Perbuatan yang sia-sia bisa menghabiskan waktu dan tenaga kita dalam porsi yang tidak disangka-sangka. Biasanya, niat awalnya hanya untuk refreshing sebentar, tetapi akhirnya terlena dengan kegiatan tersebut. Hayo, perbuatan sia-sia apa yang sering Tetangganet terlena melakukannya?


Sekian yang dapat saya bagi mengenai prinsip-prinsip menentukan prioritas. Semoga bermanfaat. Wassalamu’alaykum.

7 Komentar

  1. dalam menentukan prioritas ini penting banget ya mbak, apalagi kaum istri yang sudah beranak, butuh effort banget untuk memilah mana prioritas, mana yang kedua dan seterusnya.

    BalasHapus
  2. Yang jadi pr ketika harus memilah mana yang menghindari larangan dan mana yang tidak. Di zaman ini gampang banget nemu hal yang jelas-jelas dilarang tapi masih saja dilakukan.

    BalasHapus
  3. Memang harus bisa nentukan skala prioritas, yaa, supaya bisa berjalan seimbang dan ga oleng.

    BalasHapus
  4. Cara saya memprioritaskan sesuatu, di luar dari hal-hal wajib yang telah mba Nia sampaikan adalah, biasanya saya akan membuat list terdekat dan terjauh untuk memudahkan menyesuaikan waktunya.

    Hal sia-sia masih sering saya lakukan mba. Dan memang benar, hal tersebut hanya mengecoh saja yang akhirnya semua hal prioritas jadi tertunda

    BalasHapus
  5. Wah banyak prinsip dasar yang jadi kokohnya sebuah prioritas. Tapi kadang masih suka bingung hal msna yang harus diprioritaskan dalam hal duniawi contohnya.

    BalasHapus
  6. Bener banget mbak kita harus punya prinsip dalam memprioritaskan suatu hal, jangan sampai salah

    BalasHapus
  7. Wahh informatif sekali postingan ini, baru tahu juga soal "Menghindari kerusakan lebih utama daripada membuat amal kebaikan".
    Kadang kalau kepepet suka asal menentukan prioritas. Padahal ada prinsip2nya ya

    BalasHapus

Silakan tinggalkan komentar, tapi bukan link hidup ya