5 Cara Agar Anak Suka Membaca

 

5 cara agar anak suka membaca


Assalamu’alaykum, Tetangganet, bagaimana kabarnya hari ini? Senang sekali akhirnya saya dan adik saya bisa meluncurkan satu blog baru, khusus untuk membagikan ulasan buku-buku yang kami baca.

Ya, saya dan kedua adik saya memang sangat suka membaca. Sampai-sampai berkunjung ke Gramedia adalah salah satu destinasi wajib kami setiap kali libur sekolah. Mungkin jika dihitung, kami punya lebih banyak buku daripada pakaian.

Bukan hanya membaca buku milik sendiri, kami juga suka berkunjung ke perpustakaan agar bisa baca buku gratis. Tak hanya itu, saya masih ingat ketika saya kecil, saya berkunjung ke rumah seorang tetangga, bukan untuk main dengan anaknya, tapi untuk membaca koleksi buku-buku beliau.

Maka, jangan heran jika saya pun pernah berjualan buku secara online. Dan kini, saya dan adik saya yang tertua sedang menggarap sebuah blog baru bernama bacabagibuku.com yang membahas tentang buku.

Kegemaran kami membaca tak lepas dari hasil didikan orangtua kami. Bagaimana pun, hobi kami tidak akan berkembang hingga sejauh ini, jika tidak ada dukungan dari orangtua.

Saya yakin, membaca adalah hobi yang positif. Oleh karena itu, saya ingin agar anak-anak saya kelak juga gemar membaca.

Pada artikel kali ini, saya ingin berbagi tentang beberapa cara yang dapat kita lakukan sebagai orangtua agar anak-anak kita jadi suka membaca juga. Semoga artikel ini bermanfaat untuk kami sekeluarga, dan juga tentu saja Tetangganet yang membaca artikel ini.

1. Jadikan Membaca Sebagai Kebiasaan Keluarga

Menjadikan membaca sebagai kebiasaan keluarga adalah salah satu cara agar anak jadi suka membaca. Seorang anak yang melihat orangtuanya membaca, pasti akan tertarik dengan apa yang dibaca oleh orangtuanya. Kebiasaan membaca sebaiknya ditanamkan sejak anak masih balita. Bukan dengan menyuruhnya membaca, tentu saja si anak belum mampu. Tapi dengan membacakan buku-buku anak untuknya.

Sebelum saya bisa membaca, ayah saya rutin membacakan cerpen di majalah Bobo. Karena dulu kami hanya punya satu majalah Bobo, ayah saya akan mengulang-ulang membaca ceritanya setiap hari. Saya sampai hapal, bukan hanya alur ceritanya, tapi juga kata per kata cerita itu.

Kadang-kadang untuk menggoda saya, ayah saya mengganti nama tokoh dalam cerita menjadi nama saya. Atau mengubah alur ceritanya agar tidak bosan. Tentu saja, saya protes karena saya sudah hafal ceritanya.

Setelah saya memiliki adik, saya membacakan cerita itu untuk adik-adik saya. Kemudian mereka membacakan untuk adik-adiknya lagi. Begitulah hingga akhirnya kami suka membaca dan memiliki genre kesukaan kami masing-masing.


2. Letakkan Buku Dalam Jangkauan

Semakin dekat buku dalam jangkauan anak, semakin besar kemungkinan sang anak berinisiatif untuk mengambil dan membacanya. Letakkan buku di rak yang rendah, dan susunlah agar mudah diambil.

Saya tidak menyarankan untuk menumpuk buku secara horizontal. Karena seringkali anak ingin mengambil buku yang berada di tumpukan bawah, tanpa ingin merusak tumpukan yang atas. Ini sering terjadi pada adik saya yang termuda. Karena tidak bisa mengambil buku yang dia inginkan, akhirnya dia tidak jadi mengambil dan lebih memilih mainan yang lebih mudah diambil.

3. Biarkan Anak Memilih Bukunya Sendiri

Hal menarik yang saya amati pada anak-anak di sekolah saya dulu mengajar, ketika mereka dipaksa untuk membaca buku tertentu pada program literasi, mereka cenderung malas dan enggan membaca. Namun, ketika di luar program literasi, mereka akan memilih buku kesukaannya sendiri dan membacanya hingga betah berjam-jam.

Lalu, bagaimana jika mereka membaca buku-buku yang berbahaya atau tidak sesuai dengan usianya? Bukankah kita perlu mengarahkan apa yang mereka baca?

Iya, tentu saja perlu kita arahkan. Kita bisa mengajak mereka berdiskusi tentang buku yang mereka baca. Bagian apa yang baik, dan apa yang buruk. Bagian mana yang mereka setuju atau mereka tidak setuju. Dari sanalah kita bisa mengarahakan mereka, bukan melarang dengan menghardik.

Kita juga bisa mengontrol buku-buku apa yang kita sediakan di rak buku, bukan? Oleh karena itu, rak buku anak-anak sebaiknya diletakkan di tempat yang berbeda dengan buku-buku orang dewasa. Jika kita hanya memiliki satu rak buku, buku-buku anak-anak bisa diletakkan di bagian bawah, sedangkan buku orangtua diletakkan di bagian atas. Saya yakin anak-anak pun tidak akan mau membaca buku orang dewasa yang “isinya tulisan semua”. Namun, seiring bertambahnya usia dan daya berpikir mereka, pelan-pelan mereka akan merambah rak yang semakin tinggi.

Kita juga perlu mengecek buku-buku apa yang mereka beli dari toko buku atau pinjam dari perpustakaan. Biasakan anak untuk bertanya, “Bolehkah membeli buku ini? Bolehkah meminjam buku ini?” Sampaikan saja secara obyektif, mengapa buku tersebut cocok atau tidak cocok untuk mereka baca.

Selain meningkatkan minat baca, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih bukunya sendiri juga akan meningkatkan kemampuannya berpikir kritis dan mengambil keputusan.


4. Ajak Berkunjung ke Perpustakaan atau Taman Baca

Kadang-kadang, membaca sendirian di rumah membuat anak jemu. Tak ada salahnya kita mengajak anak untuk mengunjungi perpustakaan atau taman baca.

Apalagi, sekarang setiap perpustakaan daerah memberikan fasilitas yang menarik bagi anak-anak. Bukan hanya bisa membaca buku, tetapi juga banyak permainan edukasi. Bahkan, saya membaca blog dari Mbak Siti Sartikah, perpustakaan Kota Bogor memiliki galeri pameran sejarah dimana anak-anak bisa mempelajari sejarah dengan lebih interaktif. Silakan cek selengkapnya di blog Jurnal Harian Ibu ya.

Selain ada menambah ketertarikan tentang dunia literasi, anak juga bisa mendapatkan teman baru lho. Semakin sering bertemu dan memiliki rutinitas yang sama di perpustakaan, siapa tahu kelak mereka akan jadi bestie yang hobinya ke perpustakaan bareng sepulang sekolah. Hehehe…


5. Minta Anak Menceritakan Kembali Isi Buku

Apa apresiasi terbesar yang bisa kita berikan untuk anak yang sudah membaca buku? Menurut saya, apresiasi terbesar untuk seorang anak yang sudah bisa menyelesaikan bukunya bukanlah dengan memberikan hadiah fisik. 

Apresiasi terbesar adalah dengan mendengarkannya bercerita tentang isi bukunya dengan seksama. Bukan hanya sekedar “Oo begitu ya?”, namun benar-benar mendengarkan dan menanggapi. Hadiah terbesar adalah ketika anak merasakan orangtuanya benar-benar hadir.




Demikian 5 cara agar anak gemar membaca. Semoga artikel ini bermanfaat untuk saya dan Tetangganet. Bagaimana tips Tetangganet agar anak-anak jadi hobi membaca? Silakan tulis di kolom komentar ya. Wassalamu’alaykum.


0 Komentar