Siapa, sih, yang tidak terganggu dengan kebiasaan tetangga bakar-bakar sampah? Mau berhijrah dari bakar sampah ke membuat kompos, tapi merasa mengompos itu sulit? Tenang, Tetangganet. Artikel ini akan membantu Anda memahami cara membuat kompos sederhana dan cepat matang.
Assalamu’alaykum, Tetangganet, masih adakah Tetangganet yang suka bakar sampah di depan rumah? Yuk, stop kebiasaan buruk ini!
Beberapa waktu yang lalu, salah seorang sahabat saya mengeluhkan kebiasaan tetangganya yang suka bakar sampah di depan rumahnya setiap sore. Tahu, kan, betapa mengganggunya asap pembakaran sampah. Apalagi, sampah-sampah tersebut dibakar ketika kita sedang beristirahat di sore hari setelah kita capek bekerja. Atau, ketika kita sedang menjemur baju di luar. Duh, bajunya jadi bau asap semua!
Lalu saya sarankan, mengapa sampah daun-daunnya tidak dikompos saja? Lebih bagus lagi kalau bisa membuat sistem mengompos komunal di RT-nya. Lantas, sahabat saya tersebut bertanya, bagaimana, sih, caranya mengompos? “Nanti, deh, aku buatkan tutorialnya,” kata saya waktu itu.
Nah, artikel ini saya tulis sebagai pemenuhan janji. Semoga artikel ini bukan hanya bermanfaat untuk sahabat saya, tetapi juga bagi Tetangganet semua.
Manfaat Membuat Kompos
Pada saat artikel ini saya tulis, kira-kira sudah tiga tahun lamanya saya mengompos sendiri di rumah. Alhamdulillah, di belakang rumah saya, ada area kosong yang bisa saya manfaatkan untuk tempat mengompos.Membuat kompos dapat menyelesaikan dua masalah besar yang ada di rumah saya. Masalah pertama adalah masalah pengelolaan sampah organik. Sedangkan masalah kedua adalah masalah kebutuhan pupuk organik untuk kebun saya.
Ketika melakukan trash audit, saya menemukan bahwa 88% dari total sampah yang dihasilkan di rumah saya adalah sampah organik. Dengan membuat kompos, saya dapat mengubah timbulan sampah organik tersebut menjadi pupuk untuk nutrisi tanaman. Peribahasanya, sekali dayung, dua pulau terlampaui. Sampah hilang, pupuk pun datang. Membahagiakan sekali, bukan?
Kompos adalah bahan-bahan organik yang telah terurai secara alami oleh berbagai mikroorganisme. Menurut sebuah artikel dari Universitas Medan Area, Kompos memiliki kandungan nutrisi yang menunjang pertumbuhan tanaman, seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), magnesium (Mg), tembaga (Cu), besi (Fe), klor (Cl), boron (B), seng (Zn), mangan (Mn), dan molibdenum (Mo).
Mengompos juga tidak memerlukan biaya yang tinggi atau teknik yang rumit. Nah, kapan lagi bisa mendapatkan pupuk gratis dari memanfaatkan sampah organik yang ada di rumah?
Bahan Membuat Kompos
Untuk membuat kompos, kita membutuhkan bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik yang dipakai untuk membuat kompos bisa berasal dari dedaunan yang gugur di halaman rumah kita maupun sisa bahan makanan dari dapur kita, lho. Semua bahan organik dapat dijadikan bahan kompos. Bahan-bahan organik tersebut kita bagi menjadi dua kategori : bahan hijau dan bahan cokelat.Bahan Hijau
Bahan hijau atau disebut juga material hijau (green material) atau bahan segar adalah bahan organik yang cenderung basah. Bahan hijau memiliki kandungan nitrogen yang tinggi. Contohnya adalah sisa buah dan sayuran, dan daun-daunan yang masih hijau.Bahan Cokelat
Bahan cokelat atau disebut juga material cokelat (brown material) adalah bahan organik yang kering. Bahan cokelat memiliki kandungan karbon yang tinggi. Contohnya adalah daun-daun kering, ranting kering, sekam, dan lain-lain.Cukup dengan dua bahan di atas, Tetangganet sebenarnya sudah bisa membuat kompos. Namun, jika Tetangganet ingin mempercepat proses pengomposan, Tetangganet dapat menambahkan bioaktivator.
Bioaktivator
Bioaktivator mengandung berbagai mikroorganisme yang dapat mempercepat penguraian. Bioaktivator sebenarnya tidak wajib ditambahkan ke kompos karena sebetulnya bahan cokelat dan bahan hijau sudah mengandung mikroorganisme pengurai. Namun, dengan menambahkan bioaktivator, Tetangganet menambahkan pasukan pengurai ke dalam kompos sehingga kompos bisa lebih cepat jadi.Ada banyak bioaktivator komersil yang dapat Tetangganet beli dari toko pertanian. Salah satunya, Tetangganet dapat menggunakan EM4 untuk pertanian (yang warna botolnya kuning).
Namun, Tetangganet juga dapat menggunakan bahan-bahan sederhana yang ada di rumah untuk digunakan sebagai bioaktivator. Misalnya tanah, air cucian beras, buah-buahan yang sudah busuk, kompos yang sudah jadi, nasi basi, dan berbagai bahan lain yang mengandung mikroorganisme pengurai.
Bahkan, saya pernah melihat video Geoff Lawton, seorang ahli pemakultur dari Australia, menambahkan bangkai seekor ayam yang baru saja mati sebagai bioaktivator ketika melakukan pengomposan skala besar. Walaupun demikian, saya tidak menyarankan Tetangganet menambahkan bahan hewani apapun ke dalam komposter, jika Tetangganet baru mulai belajar mengompos.
Ada banyak teman-teman saya yang belum mau mengompos karena belum punya komposter. Padahal, punya komposter itu TIDAK WAJIB, lho!
Mengompos di komposter atau wadah kompos khusus memang bisa memudahkan mengompos dan juga mempercantik tampilan. Namun, wadah apapun bisa dijadikan komposter sederhana, asalkan memenuhi syarat berikut:
Tetangganet dapat memodifikasi wadah yang ada di rumah untuk dijadikan komposter. Lebih jauh tentang membuat komposter akan saya bahas di artikel selanjutnya, ya.
Jika Tetangganet memiliki lahan kosong, Tetangganet juga bisa menggunakan metode jugangan atau hot compost pile.
Jika Tetangganet memiliki banyak bahan yang perlu diproses, Tetangganet bisa menggunakan mesin pencacah untuk mempermudah pekerjaan.
Pertama-pertama, buatlah lapisan cokelat di dasar komposter. Selanjutnya tambahkan lapisan hijau di atasnya. Semprotkan atau tambahkan bioaktivator secara merata. Kemudian tambahkan lapisan cokelat-lapisan hijau-bioaktivator secara bergantian hingga bahan hijau habis. Tambahkan lapisan cokelat sebagai lapisan paling atas (lapisan terakhir).
Setelah menunggu minimal 2-3 hari, kompos akan mulai terasa hangat. Jika Tetangganet membuat kompos dalam volume yang besar, kompos bahan kompos akan terasa lebih hangat dengan lebih cepat. Kadang-kadang, malah akan muncul uapnya yang hangat.
Naiknya suhu berarti proses dekomposisi sedang berlangsung. Yeay!
Punya Komposter Wajib Nggak, sih?
Ada banyak teman-teman saya yang belum mau mengompos karena belum punya komposter. Padahal, punya komposter itu TIDAK WAJIB, lho!
Mengompos di komposter atau wadah kompos khusus memang bisa memudahkan mengompos dan juga mempercantik tampilan. Namun, wadah apapun bisa dijadikan komposter sederhana, asalkan memenuhi syarat berikut:
- Dapat mendukung akses udara yang baik
- Dapat mengeluarkan rembesan air yang dihasilkan dari proses pengomposan.
Tetangganet dapat memodifikasi wadah yang ada di rumah untuk dijadikan komposter. Lebih jauh tentang membuat komposter akan saya bahas di artikel selanjutnya, ya.
Jika Tetangganet memiliki lahan kosong, Tetangganet juga bisa menggunakan metode jugangan atau hot compost pile.
Cara Membuat Kompos Sederhana dan Cepat Jadi
Oke, kalau Tetangganet sudah siap dengan semua bahannya, mari kita bahas langkah-langkah pembuatan kompos sederhana dan cepat jadi.
1. Menyiapkan Bahan Kompos
Sebelumnya, kita sudah membahas bahan cokelat dan bahan hijau. Agar kompos kita cepat jadi, kita perlu memotong bahan-bahan tersebut ke dalam ukuran-ukuran kecil. Semakin kecil ukurannya, akan semakin cepat dan semakin halus hasil komposnya. Ukuran 2-3 cm sudah cukup untuk mempercepat pengomposan.Jika Tetangganet memiliki banyak bahan yang perlu diproses, Tetangganet bisa menggunakan mesin pencacah untuk mempermudah pekerjaan.
2. Menyusun Lapisan Cokelat-Hijau-Cokelat
Agar mendapatkan keseimbangan karbon dan nitrogen yang tepat, kita membuat lapisan-lapisan berselang-seling antara bahan cokelat dan bahan hijau, seperti kue lapis. Hehehe…Pertama-pertama, buatlah lapisan cokelat di dasar komposter. Selanjutnya tambahkan lapisan hijau di atasnya. Semprotkan atau tambahkan bioaktivator secara merata. Kemudian tambahkan lapisan cokelat-lapisan hijau-bioaktivator secara bergantian hingga bahan hijau habis. Tambahkan lapisan cokelat sebagai lapisan paling atas (lapisan terakhir).
3. Menjaga Suhu dan Kelembapan Komposter
Tutup komposter agar kelembapannya terjaga. Tempatkan di lokasi yang teduh agar terhindar dari hujan dan terik matahari.Setelah menunggu minimal 2-3 hari, kompos akan mulai terasa hangat. Jika Tetangganet membuat kompos dalam volume yang besar, kompos bahan kompos akan terasa lebih hangat dengan lebih cepat. Kadang-kadang, malah akan muncul uapnya yang hangat.
Naiknya suhu berarti proses dekomposisi sedang berlangsung. Yeay!
4. Aduk Kompos Secara Rutin
Aduklah kompos secara rutin. Bisa setiap hari atau setiap dua hari sekali. Mengaduk kompos berfungsi memberikan aerasi atau udara ke dalam kompos yang membantu kerja para pasukan bakteri aerob yang melakukan pengomposan. Sehingga, kompos bisa lebih cepat matang dan matang secara merata.5. Rutin Periksa Kondisi Kompos
Jangan lupa rutin memeriksa kondisi kompos ketika Tetangganet melakukan pengadukan. Ada beberapa kondisi dimana Tetangganet perlu melakukan intervensi. Misalnya:- Jika terlalu kering, semprotkan sedikit air atau tambahkan material hijau.
- Jika terlalu basah, tambahkan material cokelat.
- Jika berbau tidak sedap, tambahkan material cokelat dan hindari menambahkan unsur hewani atau makanan matang ke dalam kompos.
6. Kompos Sudah Siap
Kompos yang sudah jadi berwarna gelap dan baunya harum seperti wangi tanah yang baru saja tersiram air hujan. Jika kompos diperas, tidak ada air yang menetes, namun terasa lembap di tangan. Jika diremas, terasa sangat gembur.Kompos yang sudah dingin dapat ditebarkan sebagai pupuk untuk tanaman. Dapat juga digunakan sebagai campuran media tanam dan media penyemaian.
Air rembesan selama proses pengomposan juga dapat dijadikan pupuk alami dengan mengencerkannya dengan air terlebih dahulu.
Demikian cara membuat kompos sederhana dan cepat jadinya, insyaAllah. Mudah, bukan?
Semoga Tetangganet menjadi semakin termotivasi untuk mengompos sendiri di rumah dan berhenti bakar-bakar sampah. Dengan mengompos, kita bisa mengatasi masalah lingkungan akibat sampah organik dan juga mendapatkan pupuk gratis yang bisa menyuburkan tanaman kita. Sampai jumpa di artikel berikutnya. Wassalamu’alaykum.
11 Komentar
Seperti tetangga depan kita sudah hidup di perkotaan yang minim pepohonan masih juga bakar sampah padahal bahaya sekali
BalasHapusWiiih, mudah banget ternyata. Pengen gitu buat kompos sendiri karena tanah di rumah kurang subur. Sayangnya masih menang rasa magernya nih wkwk.
BalasHapusAku lagi semangat ngompos lagi nih Mbak, Setelah baca-baca postingan dan tulisan Mbak Nia, jadi makin semangat, hihi. Btw, kalau sudah mengikuti alur di atas, berapa lama biasanya kompos bisa dipanen, Mbak?
BalasHapusLamanya proses pengomposan sampai menjadi kompos siap pakai sangat bervariasi, tergantung dari bahan apa saja yang dimasukkan dan seberapa besar ukuran bahannya. Kalau volumenya besar (minimal 1 m kubik), bahannya sudah dipotong kecil-kecil, dan rajin diaduk, bisa jadi sekitar 2 minggu. Tapi kalau ukurannya lebih kecil (misal seember) ya sekitar 1-2 bulan. Kadang ada juga yang 3 bulan baru jadi.
HapusWaah, berarti kalau seember itu memang butuh waktu lama yah Mbak. Apalagi nggak dipotong-potong kecil. hihi. Oke deh, menunggu panen kompos biar bisa bercocok tanam dengan riang gembira. Terima kasih sharingnya Mbak Nia.
HapusNah ini tuh yang harus ditekankan, kalau mengompos itu nggak mesti harus punya komposter dulu. Aku dulu pas baca-baca kalau mengompos harus punya komposter dulu, jadinya nggak jadi-jadi mengomposnta. Padahal bisa pakai bahan sederhana yang ada di rumah kan. Aku biasanya pakai air cucian beras aja sih mbak..
BalasHapusJadi teringat adik salah satu muridku yang meninggal karena menghirup asap dari pembakaran. Memang bukan faktor utama tapi asap ini jadi pemicu awal sakitnya. Pdhal sampai bisa diolah jd kompos kalau memang kitanya sudah niat dan tekad bulat
BalasHapusSubhanallah.. sedih sekali..
HapusAlhamdullillah saya juga sudah mencoba untuk membuat kompos di rumah dan hasilnya sangat berguna ketika kami memberdayakan tanah sedikit di depan rumah dan dijadikan taman.
BalasHapusKita jadi ga perlu nyari pupuk lagi keluar, tingga ambil kompos yang sudah jadi yang sudah kita proses
Aku sudah terbiasa menggunakan bio aktivator EM4. Emang tepercaya banget sih. Untuk keperluan media tanam (aku hobi banget memelihara tanaman), aku biasanya membuat sekam fermentasi dengan EM4. Cairan hasil fermentasinya bisa buat pupuk... Belum pernah sih bikin kompos dari sampah. Tinggal beli komposternya nih....
BalasHapusSepertinya mudah ya tapi saya belum mencobanya nih
BalasHapusItu bisa pakai apa saja kan ya medianya, ta coba cari wadahnya dulu deh
Dari dulu ingin coba ini tapi belum jalan juga hehehe
Silakan tinggalkan komentar, tapi bukan link hidup ya