Tips Memilih Jenis Komposter yang Cocok untuk Rumah Tangga

 

komposter ember vs compost bag

Assalamu’alaykum, Tetangganet, bagaimana kabarnya hari ini? Apakah masih ragu juga untuk mulai mengompos? Takut lingkungan jadi bau dan kurang estetik? Dulu, saya juga mengalami kendala ya sama. Tetapi, setelah menemukan jenis komposter yang cocok untuk kebutuhan rumah tangga saya, alhamdulillah, masalah-masalah tersebut sudah teratasi.

Komposter memang banyak jenisnya, baik yang dibuat sendiri (versi DIY - Do It Yourself) maupun yang praktis tinggal beli. Kadang saking banyaknya opsi, jadi bingung, ya. Di artikel kali ini, saya ingin berbagi tips memilih komposter yang sesuai dengan kebutuhan rumah tangga Tetangganet.

Semoga bermanfaat.


Apa itu Komposter? Apa Manfaatnya?

Komposter adalah wadah atau tempat yang dipakai untuk membuat kompos. Memang untuk membuat kompos, kita tidak wajib memiliki komposter dulu. Kita masih bisa mengompos tanpa wadah, kok. Misalnya, mengompos metode juglangan, banana circle, hot compost pile, mengompos di kandang ayam, dan lain-lain.

Namun, adanya komposter sebagai wadah mengompos memiliki manfaat tersendiri. Paling tidak, ada dua manfaat yang bisa kita dapatkan dari menggunakan komposter.

1. Komposter dapat memberikan kesan lebih bersih, rapi, dan ‘estetik’.

Seringkali kita melihat proses pengomposan sebagai sesuatu yang menjijikkan. Memang bahan utamanya adalah sisa konsumsi. Maka wajar jika ada yang merasa jijik.Padahal, Tetangganet pasti akan sangat senang ketika waktunya panen kompos. Aroma komposnya wangi seperti tanah yang baru saja disiram air hujan.

2. Komposter dapat mencegah datangnya hewan yang tidak diinginkan

Sisa dapur, buah-buahan, atau sisa makanan biasanya menarik perhatian hewan-hewan tertentu, seperti tikus dan lalat. Ini yang sering bikin kita malas mengompos karena merasa jijik dan kotor. Oleh karena itu, kita bisa mengompos bahan-bahan tersebut di komposter yang kokoh dan tertutup, sehingga tidak mendatangkan hewan-hewan yang tidak kita inginkan.

Apa Saja Jenis-Jenis Komposter?

Wah, jenis komposter ada banyak sekali, Tetangganet! Di bawah ini, saya hanya menyebutkan beberapa di antaranya, ya. Jika Tetangganet memiliki contoh lain, boleh banget tulis di kolom komentar.

1. Komposter drum/ember

Ini adalah salah satu jenis komposter yang paling mudah kita temui jika kita mencari komposter di marketplace. Namun, kita bisa membuatnya sendiri juga lho.

Ada berbagai desain dan ukuran yang dapat Tetangganet pilih. Ada yang berupa drum atau ember besar yang memiliki sekat di bagian dasarnya. Ada yang berupa ember bertumpuk. Ada juga yang memanfaatkan galon air minum dalam kemasan yang dipotong dan ditumpuk.

struktur komposter ember sederhana



Intinya, komposter ini memiliki dua kompartemen. Kompartemen bagian atas adalah tempat menampung bahan kompos dan nantinya akan menjadi kompos padat. Kompartemen bagian bawah adalah tempat menampung air hasil pengomposan atau bisa disebut kompos cair.

Keuntungan dari komposter ini, kita bisa memanen dua bentuk komposnya, baik kompos padat maupun cair. Badan komposter yang kokoh juga menjauhkan hewan-hewan pengganggu dari bahan kompos kita. Selain itu, kita juga mengecatnya dengan warna atau pola kesukaan kita agar terlihat lebih cantik.

Komposter jenis ini sangat saya rekomendasikan untuk pengompos pemula. Komposter ini terlihat lebih bersih dan bisa digunakan untuk sisa makanan sekalipun. Jangan lupa rutin aduk bahan komposnya agar cepat jadi, ya.

2. Compost bag


Jenis komposter kedua yang sering muncul di marketplace adalah compost bag. Berbahan plastik tebal, komposter ini memiliki bukaan di bagian atas untuk memasukkan bahan organik, dan bukaan di bagian samping bawah untuk memanen hasilnya yang sudah jadi.

Compost bag cenderung lebih murah daripada komposter drum/ember (kecuali jika membuat sendiri dari bahan bekas yang sudah ada). Sehingga bisa menjadi alternatif yang lebih ekonomis, namun tetap terlihat rapi.

Namun, berdasarkan pengalaman saya menggunakan compost bag, jenis komposter ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama, compost bag tidak memiliki lubang pembuangan maupun penampungan air di bagian bawahnya, sehingga komposnya cenderung lebih basah. Kadang-kadang terlalu basah sehingga kompos pun tidak segera jadi. Saya juga tidak bisa memasukkan sembarang sisa makanan karena tikus masih bisa melubangi dinding compost bag (masyaAllah ya, tikusnya memiliki tekad yang kuat). Risleting bagian atas dan velcro di bagian bawahnya juga mudah rusak jika telah dipakai untuk waktu yang lama. Selain itu, karena saya membeli compost bag ukuran paling besar, ternyata compost bag ukuran ini tidak bisa berdiri tegak seperti di iklan-iklan.

Namun, karena harganya yang lebih ekonomis dan bisa menampung volume yang besar, saya masih tetap menggunakannya khusus untuk mengompos rumput dan daun-daun hasil bersih-bersih di kebun.

3. Komposter gerabah

Komposter gerabah sederhananya terbuat dari pot gerabah atau wadah dari tanah liat yang diberi tutup. Komposter gerabah dapat memberikan kesan bersih, alami, dan cantik di area pengomposan Tetangganet. Komposter ini juga aman dari hewan-hewan pengerat asalkan ditutup dengan rapat. Pori-pori alami di komposter gerabah menyediakan sirkulasi yang baik untuk proses pengomposan.

Jujur, saya ingin sekali mencoba menggunakan komposter jenis ini. Sayangnya, harganya lebih mahal dan juga rawan pecah.

4. Komposter Takakura

Saya pertama kali dikenalkan jenis komposter Takakura oleh salah satu rekan di komunitas Kelas Belajar Zero Waste, dr. Bintari Wuryaningsih. Beliau tunjukkan hasil pengomposannya, masyaAllah luar biasa lembut. Komposnya bahkan sudah dikemas dan dijual. Memang bahan organik yang dimasukkan ke dalam komposter takakura beliau dipotong dengan ukuran yang sangat kecil, sehingga hasilnya pun lembut.

Metode takakura ditemukan oleh Koji Takakura dari Jepang. Komposter takakura dapat dengan mudah dibuat sendiri di rumah. Tetangganet dapat membuatnya dari keranjang yang dilapisi bagian dalamnya dengan kardus. Bantalan sekam dimasukkan ke bagian dasarnya untuk menyerap kelebihan air dari proses pengomposan. Bahan organik yang dimasukkan sebagai bahan kompos haruslah bahan organik nabati seperti sisa potongan sayur segar, potongan kulit buah, daun-daunan, dan lain-lain. Jangan sampai ada bahan hewani maupun yang sudah tercampur dengan minyak di dalamnya. Semprotkan ecoenzyme, mol, atau bahan aktivator lainnya agar komposnya cepat jadi.


Selain empat opsi di atas, masih banyak lagi jenis komposter yang bisa Tetangganet pilih untuk menjadi tempat mengompos. Ada komposter berputar (tumbler), worm bin (komposter cacing), dan lain sebagainya.

Lantas, bagaimana kita bisa memilih jenis komposter yang tepat untuk kebutuhan rumah tangga kita?

Tips Memilih Jenis Komposter yang Tepat

1. Meng-audit sisa konsumsi kita (Trash audit)

Sebelum kita mulai menentukan jenis komposter yang akan kita pakai, ada baiknya kita mengecek terlebih dahulu bahan organik sisa konsumsi apa saja yang akan kita kompos dan berapa volumenya. Istilah kerennya, kita melakukan audit terhadap sisa konsumsi kita.

Sederhananya, amati dan catat sisa konsumsi kita selama waktu yang ditentukan (misalnya 7 hari). Tetangganet dapat menggunakan wadah bekas seadanya sebagai pengukur volume. Sebagai contoh, saya menggunakan thinwall bekas. Catat juga apa saja sumber sisa konsumsinya ke dalam tabel, misalnya potongan sayur, kulit buah, atau sisa hewani.

Dari catatan tersebut, Tetangganet bisa memperkirakan volume yang cocok untuk komposter Tetangganet.

contoh tabel trash audit

 

Untuk sisa hewani dan makanan matang, saya sarankan Tetangganet mengomposnya secara terpisah dengan losida, magot, atau dengan menguburnya agar komposter Tetangganet tidak bau dan menarik lalat, belatung, maupun hewan lainnya.

2. Menentukan penempatan komposter

Salah satu kendala dalam mengompos yang sering dikeluhkan adalah menentukan lokasi komposter, terutama jika Tetangganet tidak lagi memiliki lahan kosong di luar rumah. Komposter drum dan komposter takakura relatif aman di tempatkan di teras rumah karena airnya tidak rembes ke lantai. Sedangkan untuk komposter gerabah dan compost bag, saya sarankan di tempatkan di area yang teduh yang bisa mengakomodasi apabila ada air rembesannya keluar, misalnya di sekitar pot-pot tanaman.

Sebisa mungkin, letakkan komposter di tempat yang Tetangganet mudah mengaksesnya ketika hendak membuang sampah organik. Jangan sampai kita jadi malas mengompos karena komposternya terletak di tempat yang sulit dijangkau.

3. Coba dulu, perbaiki kemudian

Memang, mengompos ini membutuhkan trial and error. Awalnya, saya mencoba menggunakan komposter ember saja. Namun, ternyata volumenya tidak mencukupi. Berbagai model saya coba hingga akhirnya, kombinasi komposter ember, compost bag, compost pile, dan mengubur dalam planter bag menjadi solusi yang cocok untuk rumah tangga kami saat ini.

Namun, setiap keluarga memiliki kondisi dan preferensi masing-masing. Misalnya, bagi dr. Bintari, komposter takakura dan losida menjadi solusi. Tetangganet perlu mencoba-coba dulu dan menemukan metode yang cocok untuk kondisi keluarga masing-masing.

Jangan takut mencoba, jangan takut gagal. Tidak ada mengompos yang gagal. Pasti akhirnya akan jadi juga. Jika Tetangganet mengalami kendala, boleh kok, kita berdiskusi lewat kolom komentar.

Semoga tips memilih komposter di atas dapat membantu Tetangganet lebih bersemangat mengompos. Sampai jumpa di artikel selanjutnya. Wassalamu'alaykum. 

0 Komentar