Assalamu'alaykum, Tetangganet, bagaimana kabarnya hari ini? Pada hari Jumat, 5 September 2025 lalu, saya berkesempatan sharing dengan perkumpulan alumni SMA yang sama-sama pernah kuliah di Turki. Tema yang saya ambil mengenal bagaimana langkah kita menjadi khalifah di muka bumi. Memang pesertanya tidak banyak. Saya jadi terpikir untuk membagikan versi artikelnya juga di blog agar lebih banyak orang dapat mengambil manfaatnya.
Tema yang saya ajukan berjudul 'Khalifah fil Earth' sebenarnya merupakan sebuah plesetan dari istilah 'khalifah fil ardh' yang artinya pemimpin bumi. Entah kenapa kata 'Earth' dalam bahasa Inggris dan 'ardh' dalam bahasa Arab terdengar sangat dekat di telinga. Menarik bukan?
Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi
Siapa yang menyebut manusia sebagai khalifah di muka bumi? Ternyata Allah sendiri-lah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana tertulis di Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 30.
Nah, kan, sebegitu pentingnya tugas manusia itu diciptakan sampai Tuhan sendiri yang menyebutkannya. Allah azza wa jalla menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di muka bumi. Maka, hendaknya kita sebagai manusia benar-benar menjalankan amanah ini dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Malaikat pun sempat terheran-heran, loh. Mereka bertanya, mengapa Allah menciptakan manusia sebagai khalifah, sedangkan manusia itu kan membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Sedangkan malaikat selalu bertasbih dan memuji Allah.
Namun, Allah menampik bahwa Allah lebih tahu. Maknanya, manusia diciptakan lebih dari sekedar perusak dan penumpah darah. Kalau Allah menciptakan manusia agar manusia menjadi khalifah di muka bumi, tentu saja Allah telah membekali manusia dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi.
Oleh karena itu, kita sebagai manusia, harus melaksanakan tugas ini dengan perasaan optimis.
Kerusakan Akibat Perbuatan Manusia
Namun, bukan tanpa alasan para malaikat terheran-heran dengan firman Allah yang ingin menjadikan manusia sebagai pemimpin di bumi. Telah terbukti kan, bahwa ada banyak kerusakan di bumi akibat ulah manusia. Sebut saja, pemanasan global, punahnya flora dan fauna akibat hilangnya habitat alami mereka, masalah limbah yang mencemari lingkungan. Kerusakan tidak hanya terjadi di darat. Laut pun tidak bisa selamat dari ulah tangan manusia. Belum lagi masalah-masalah sosial di antara umat manusia sendiri, seperti kesenjangan, kemiskinan, peperangan, dan rusaknya moral.
Ah, hal-hal itu bikin sedih nggak sih?
Namun, semua hal tersebut adalah ketetapan Allah yang harus kita terima dengan sabar.
Selanjutnya, Allah mengatakan bahwa Allah membuat kita merasakan sebagian akibat dari perbuatan kita agar kita kembali ke jalan yang benar.
Maknanya, berbagai bencana yang kita rasakan itu sebetulnya hanya sebagian saja dari akibat perbuatan kita yang Allah izinkan untuk kita rasakan. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang hanya membiarkan kita mencicipi sedikit dari perbuatan kita. Tujuannya apa? Agar kita bertaubat.
Ya Allah, bagaimana kami tidak cinta kepada Engkau? Begitu besar kasih-Mu kepada kami. 😭
Langkah Nyata Kita Untuk Merawat Bumi
Lantas, langkah nyata apa saja yang bisa kita lakukan untuk mengemban amanah memimpin bumi ini? Berikut beberapa tips yang ingin saya bagikan ke Tetangganet semua.
1. Menghindari sifat berlebih-lebihan dan melampaui batas
Selama kita hidup, pasti kita akan terus melakukan kegiatan konsumsi. Tentu saja kita perlu mengolah dan mengambil sumber daya alam untuk kebutuhan kita. Tidak ada salahnya kita memanfaatkan hasil bumi, misalnya menebang pohon untuk membangun rumah, membuka lahan untuk pertanian, mengambil mineral dan brang tambang dari dalam tanah.
Namun, hendaknya kita menghindari sikap berlebih-lebihan dan melampaui batas. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam mengajarkan kepada kita sifat qanaah, sederhana, dan tidak boros. Ketika berwudhu saja, kita dilarang untuk menghambur-hamburkan air, meskipun kita tinggal di negeri yang kaya dengan sumber air. Ketika makan, kita dianjurkan untuk berhenti sebelum kenyang. Ketika minum, kita dianjurkan minum dalam tiga tegukan.
Dalam segala aspek kehidupan kita pun, sebaiknya kita menghindari sifat berlebih-lebihan. Gunakan sumber daya sesuai kebutuhan, bukan keinginan.
Contoh Kasus: Siklus Air
Ada satu kasus menarik yang kami bahas di pertemuan pada hari itu, yakni mengenai siklus air.
Ketika masih di sekolah dasar, kita mempelajari siklus air sesederhana: air di permukaan bumi menguap ➜ Terjadilah awan ➜ Turun hujan ke permukaan bumi ➜ Air terserap di dalam tanah, mengalir ke sungai-sungai, danau, dan laut ➜ Air menguap kembali membentuk awan. Yang selalu kita bayangkan adalah jumlah air di seluruh dunia pasti tidak akan berkurang.
Sayangnya, seringkali kita melupakan bagian dimana kita manusia melakukan kegiatan konsumsi. Air kita gunakan untuk mandi, mencuci piring, mencuci baju, mencuci mobil, akhirnya tercemar dengan zat-zat dari sabun kimia. Air tersebut yang terserap kembali ke tanah atau mengalir ke badan-badan air, tidak lagi air murni. Semakin lama, hujan yang turun tidak lagi semurni hujan yang turun ribuan tahun yang lalu.
Oleh karena itu, kita harus bijak dalam menggunakan air. Gunakan secukupnya saja.
2. Bersikap mindfull untuk setiap pilihan yang kita buat
Hidup kita dipenuhi dengan pilihan-pilihan. Apakah kita akan memakan ultraproccesed food (UPF) ataukah memilih makanan yang lebih alami tanpa kemasan? Apakah kita akan mandi dengan air hangat ataukah air dingin? Apakah kita akan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum? Apakah kita akan menggunakan motor listrik atau motor berbahan bakar bensin? Apakah kita akan membeli makanan online atau membeli dari warung tetangga?
Untuk setiap keadaan, tentunya ada pilihan-pilihan yang lebih cocok. Setiap orang memiliki pilihan terbaik yang berbeda. Misalnya saja, bagi sebagian orang berangkat ke kantor menggunakan sepeda atau berjalan kaki lebih baik daripada naik mobil pribadi. Namun untuk sebagian orang lain, menggunakan mobil pribadi adalah pilihan yang lebih tepat karena barang bawaannya banyak, tidak memungkinkan menggunakan kendaraan umum, dan lebih efisien di waktu.
Kita tidak bisa men-judge apakah pilihan seseorang lebih baik atau tidak. Tapi saya ingin mengajak kita semua untuk lebih mindfull ketika memutuskan melakukan sesuatu.
Ketika akan melakukan sesuatu yang berdampak ke bumi kita, kita bisa bertanya kepada diri sendiri:
- Apakah kegiatan ini benar-benar harus kita lakukan?
- Adakah cara lain yang bisa lebih dapat meminimalisasi kerusakan?
- Jika terjadi kerusakan, cara apakah yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kembali kerusakan yang akan kita timbulkan?
0 Komentar
Silakan tinggalkan komentar, tapi bukan link hidup ya